Senin, 12 November 2012

Fenomena Calciopoli di Negeri Pizza


Dalam dinamika kelompok terdapat empat faktor yaitu adanya kekuatan (power), pergerakan (move), perkembangan (develop), dan mampu beradaptasi (adaptable). Tidak ada batasan waktu pada dinamika kelompok karena prosesnya selalu berlangsung secara terus-menerus. Dalam setiap kelompok tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya masalah ataupun kasus. Dalam hal ini saya mengambil contoh kasus Calciopoli yang terjadi di Italia.
Sepak bola merupakan  olahraga yang  menggunakan bola yang dimainkan oleh dua tim yang masing-masing beranggotakan 11 (sebelas) pemain. Memasuki abad ke-21, olahraga ini telah dimainkan oleh lebih dari 250 juta orang di 200 negara, yang menjadikannya olahraga paling populer di dunia. Di negara-negara eropa, banyak diadakannya liga oleh beberapa negara pemilik club sepak bola yang tergolong hebat dalam kualitas pemain dan liganya. Seperti italia mengadakan liga Italia yang diselenggarakan oleh Lega Nazionale Professionisti atau disingkat LNP adalah badan yang menyelanggarakan liga bagi klub klub profesional di Italia. Hanya ada dua tingkatan untuk liga profesional ini yaitu Lega Nazionale Professionisti Serie A dan Serie B, selain mengurusi liga profesional badan ini juga menjadi penyelenggara untuk coppa Italia dan supercoppa Italiana serta turnamen junior atau primavera yang timnya berada di serie A dan serie B yang setara setingkat dengan kelas dunia.

            Kasta tertinggi dalam sepak bola Italia tentunya sudah pada tahu dan dia adalah Serie A. Untuk format terakhir serie A Italia di ikuti oleh 20 klub terbaik seantero romawi dengan menggunakan sistem kandang tandang dimana satu tim akan bertemu dua kali dengan tim lainnya, total setiap klub peserta memainkan 38 laga selama satu musim kompetisi dan pemenang adalah pengumpul poin terbanyak dimana kemenangan dihargai tiga poin dan seri satu poin, tujuh tim teratas beserta juara coppa Italia berhak bertanding di kompetisi eropa sesuai koefesien yang di tentuka UEFA, mereka bertanding untuk champions league dan europa league sementara itu tiga tim terbawah mendapat hukuman degradasi ke tingkat kedua yaitu serieB. Kelas kedua dari sistem sepak bola Italia adalah Serie B. Serie B lebih sederhana dari serie A mengingat kemampuan finansial rata rata klub serie B tidak sebesar serie A tapi untuk dukungan sama saja militansinya malah untuk beberapa klub lebih militan ultrasnya.
Peserta serie B Italia berjumlah 22 klub dengan memainkan 42 game masing masing kandang dan tandang dimana akhir musim juara dan runner up berhak langsung hijrah ke serie A dan peringkat tiga sampai enam melakukan pertandingan play off untuk satu tiket promosi yang tersisa sementara di dasar klasemen 4 tim paling bawah harus rela lengser ke lega pro atau serie C.

Klub-klub tersebut tergolong memiliki kualits pemain dan manajemen yang bagus terkait masalah sepak bola, tidak menutup kemungkinan terjadinya berbagai kasus, salah satunya adalah Calciopoli. Calciopolli adalah usaha sebagian atau sekelompok oknum yang tidak mampu meraih prestasi di atas lapangan hingga dengan sengaja menciptakan skema kotor di luar lapangan guna menghancurkan kekuatan sepakbola terbaik dalam sejarah Italia (Signora, 1897).
Beberapa penyebab dari Calciopoli adalah adanya rasa kurang saling memiliki antar pemain terhadap klub, kurangnya dari segi moral yang menyebabkan mereka gampang sekali disogok, kurangnya loyalitas pada tim, penyogok menginginkan timnya menang secara instan padahal kemampuannya belum memadai, adanya ambisi ingin memiliki finansial secara berlebih dari para pemain, kurangnya kesejahteraan yang diberikan oleh klub ke pemain. Manajemen klub yang  kurang bagus, dan lain sebagainya.
Hal tersebut tentunya dapat menimbulkan kecurangan dan mengingkari supportivitas yang dijunjung tinggi dalam olahraga. Bagi para penggemar sepak bola tentunya masih ingat kasus Calcipoli yang pernah terjadi di Italia pada tahun 2006-2007 yang melibatkan klub Juventus, dan sekarang Calciopoli terulang kembali yang menyebutkan beberapa pemain dari Juventus.
Berbagai dampak negatif yang timbul akibat Calciopoli menjadikan, klub, pemain, dan wasit diberikan sanksi berupa penurunan kasta serie liga, denda, pencabutan gelar juara, dan hilangnya kepercayaan dari penggemar fanatik klub sebelumnya.
Solusi untuk memberantas tuntas Calciopoli memang gampang-gampang susah, karena secara tidak langsung hal ini sudah pernah terulang beberapa kali di Italia dan bersifat mengakar. Menurut pandangan dari Psikologi olahraga berpendapat bahwa terdapat dua bidang kegiatan besar yaitu yang pertama adalah  mempelajari bagaimana faktor psikologis mempengaruhi penampilan fisik seseorang. Ini berarti bahwa para pemain yang disuap itu yang sebenarnya memiliki skill dan kualitas yang bagus, namun akhirnya mereka lebih memilih untuk mengalah atau menurunkan kualitasnya hanya demi uang. Untuk kegiatan yang kedua yaitu memahami bagaimana keterlibatan seseorang dalam olahraga mempengaruhi perkembangan psikis, kesehatan, dan kesejahtraan psikisnya.
Perbaikan sistem manajemen untuk mencegah terjadinya Calciopoli dengan berkaca terhadap sistem liga lain yang mampu mengatur liga tersebut tanpa adanya Calciopoli. Mungkin caranya dengan pemberian punishment yang kedepannya akan memberikan efek jera terhadap pihak yang  berani melakukan Calciopoli. Sistem terhadap keprofesionalan wasit terhadap finansial maupun kerja wasit di lapangan.
Dalam Psikologi Olahraga untuk mengatasi penyebab internal Calciopoli dapat menggunakan beberapa teknik yang melibatkan antara pemain dan pelatih, yaitu “Teknik Pemusatan Perhatian” dan “Teknik Pendekatan Individual”.
Teknik pemusatan perhatian yaitu  menyingkirkan aneka ragam pikiran yg menggangu dan hanya memusatkan pada tugas yang dihadapi, dengan demikian para pemain dapat berlatih untuk lebih maksimal demi mendapatkan kemenangan namun dengan cara yang sehat dan menyadarkan arti kemenangan yang sesungguhnya.  Dalam olahraga masalah menang atau kalah adalah hal biasa.
Teknik pendekatan individual meliputi  kedekatan pelatih dan atlet, pelatih dari hati ke hati, keterbukaan atlet ke pelatih. Ketiga faktor tersebut menjadikan adanya ikatan rasa saling memiliki sehingga timbul rasa loyalitas, dan menghindari segala sesuatu yang menyebabkan terjadinya kasus yang merugikan klub dan menyebabkan dilarang ikut sertanya para pemain yang terlibat Calciopoli untuk membela timnas padahal pemain itu memiliki kemampuan yang bagus.
 

0 komentar:

Posting Komentar